Makan Sirih dalam Ngadi Sarira

Kebiasaan memakan/  mengunyah sirih  menyebabkan bibir menjadi merah.
Bibir yang menjadi merah ini, merupakan salah satu ritual Ngadi Saria.

Walaupun dalam proses mengunyah sirih tidak dilakukan oleh kaum wanita saja, kaum pria pun melakukan proses mengunyah sirih.

Hidangan sirih, pada waktu lampau merupakan sebuah hidangan yang terhormat. Terkadang sirih pun dipakai sebagai lambang persaudaraan yang erat.

Bahan yang dipakai dalam proses mengunyah sirih adalah:
  • Daun Sirih ( piper batle)
  • Injet atau kapur
  • Gambir  ( Uncaria gambir)

Ketiga bahan tersebut dikunyah hingga lembut didalam mulut. Sehingga air hasil kunyahan tersebut berwarna merah . Ludah yang berwarna merah ini dinamakan " idung abang".

Ramuan proses sirih ini pun ditambah beberapa rempah ( tergantung cita rasa personal). Ramuan sirih biasanya ditambahkan:
  • Kapulaga
  • Kayu Manis 
  • Cengkeh .


 SIRIH dalam budaya Jawa

Simbol sirih pun dipakai untuk salah satu peribahasa Jawa. 
Orang sering mengatakan pada anaknya laki-laki bahwa :
" tak dodok lawange, tak kinang jambe suruhe" ( Jawa)


artinya : Orangtua  sanggup melamar seorang gadis untuk anak laki-lakinya.

Selain itu, sirih dalam upacara Temon Manten , sirih juga memegang peranan penting. Masing-masing pengantin memegang tiga-lima helai gulung sirih dengan gambir dan injectnya ( gadak).

Dalam upacara Sawatan Sadak ( melempar sirih), kedua mempelai saling melempar sirih. Dimana laki-laki menghadap perempuan, begitupun sebaliknya.
Sehingg dalam hal ini, sirih sebuah simbol sebagai lambang perikatan percintaan .

Budaya pertemuan kaum ibu, si tuan rumah ( yang memiliki acara hajatan) selalu menyediakan sirih dengan bumbunya. Wadah sirih ini dinamakan : "Wadah Kinang", beserta tempat ludag atau dubang atau kecohan.

Masih banyak sirih digunakan dalam kehidupan masyarakat jawa , biasanya sajen selalu menyertakan sirih sebagai ritualnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar